Di luar puing-puing gempa berkekuatan 7,3 skala Richter yang melanda ibu kota Vanuatu, Port Vila, pada 17 Desember dan pemilihan umum dadakan yang akan dilaksanakan pada 16 Januari, diperlukan kepemimpinan baru untuk mengatur ulang lintasan pembangunan negara tersebut.
Kekacauan politik yang terus-menerus telah menghambat kemampuan negara Pasifik tersebut untuk menghadapi serangkaian guncangan sosial dan ekonomi yang terus bertambah selama beberapa tahun terakhir, yang disebabkan oleh bencana alam terkait iklim dan bencana alam lainnya. Gempa bumi tersebut diperkirakan telah menyebabkan kerusakan sebesar US$244 juta, dan kemampuan pemerintah Vanuatu untuk membiayai tanggap bencana dan pemilihan umum, serta melanjutkan penyediaan layanan publik akan membutuhkan kepemimpinan yang kuat, berkomitmen, dan stabil.
Pada tahun 2024, Vanuatu diperkirakan akan mencatat pertumbuhan ekonomi sekitar 1 persen, sambil berjuang untuk keluar dari zona merah dan kembali ke tingkat sebelum pandemi. Sebaliknya, Vanuatu memiliki profil demokrasi yang jauh lebih positif, meskipun agak kontradiktif.